Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

About Me

Foto Saya
khairul Amintz
Lihat profil lengkapku
Susunlah rencana hidupmu sekarang juga,jangan sampai kita menjalani hari tanpa tujuan yang jelas.
RSS

KEPEMIMPINAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Mungkin tidak ada topik yang lebih penting daripada kepemimpinan dalm hal kesuksesan bisnis pada zaman sekarang. Konsep kepemmpinan terus berkembang ketika kebutuhan organisasi berubah. Diantara semua ide dan tulisan tentang kepemimpinan ada tiga aspek yang menonjol –orang, pengaruh, dan tujuan.
Kepemimpinan muncul diantara orang-orang, melibatkan kegunaan pengaruh, dan digunakn untuk mencapai tujuan-tujuan.Pengaruh berarti hubungan diantara orang –orang tidak pasif. Selain itu, pengaruh didesain untuk mencapai beberapa hasil akhir dan tujuan. Oleh karena itu Kepemimpinan Adalah kemampuan mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan organisasional.
1.2 Identifikasi masalah
Pada makalah ini penulis mengidentifikasikan masalh mengenai kepemimpinan diantaranya adalah mendefenisikan kepemimpinan, mengeksplorasi perbedaan-perbedaan antara seorang pemimpin dan manajer dan mendiskusikan sumber-sumber wewenang pemimpin.penulis akan membahas mengenai ciri-ciri, prilaku, dan teori kontijensi efektivitas kepemimpinan serta mendiskusikan tipologi kepemimpinan. Pada bagian akhir penulis membahas mengenai pendekatan-pendekatan kepemimpinan baru terhadap lingkungan kerja pada zaman sekarang ini.
1.3 Tujuan
Agar kita bisa lebih memahami apa itu pemimpin dan apa yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin juga apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin karena setiap dari kita mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpian merupakan hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari manusia,mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. misalnya saja pada saat anak-anak, ketika berkumpul tiga orang atau lebih anak -anak, kemudian salah seorang di antara mereka “mengajak” teman-temannya untuk melakukan sesuatu seperti main bola atau petak umpet. Pada pengertian yang sederhana anak tersebut telah melakukan “kegiatan memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada teman dan ada kegiatan serta sasarannya.
Secara sederhana kepemimpinan merupakan bagaimana mempengaruhi, menetapkan arah dalam mencapai tujuan. Dalam artian lain , kepemimpinan merupakan konsep sempit dari manajemen. secara umum dan penting di ingat adalah sebuah kepemimpinan berarti dapat mengubah sesuatu yang potensial menjadi suatu kenyataan, seorang pemimpin yang berhasil dapat menciptakan visi dan misi serta dapat mengilhami orang lain untuk bekerjasama dengan nya.
Terdapat dua hal penting dari kepemimpianan yaitu :
a. Kepemimpinan sangat berkaitan erat dengan hal mempengaruhi.
b. kepemimpinan adalah bagaimana mempengaruhi orang lain tanpa paksaan
tetapi dalam hal merumuskan pengertian dari kepemimpinan ini, tentu berbeda tergantung dari sudut mana seseorang melihatnya. berikut beberapa definisi dari kepemimpinan:
1] Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
2] Wexley & Yuki [1977], kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
3] Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
4] Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya para ahli tersebut melihat dari sudut pandang bagaimana mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan. namun ada pendapat para ahli lain yang melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang berbeda, seperti :
[1] Fiedler [1967], kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
[2] John Pfiffner, kepemimpinan adalah kemampuan mengkoordinasikan dan memotivasi orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan yang di kehendaki.
[3] Davis [1977], mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat .
[4] Ott [1996], kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku orang lain.
[5] Locke et.al. [1991], mendefinisikan kepemimpinan merupakan proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama
4.2 Teori Kepemimpinan.
Bersama Dari kelima definisi ini, para ahli ada yang meninjau dari sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan mengkoordinasi, memotivasi, kemampuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi orang lain.
Dalam hal kepemimpinan ini terdapat teori-teori yang mendukungnya, dan tiga diantaranya :
a. teori ciri kepribadian
b. teori prilaku
c.teori situasional injeksi
A. TEORI CIRI KEPRIBADIAN
teori ini melihat apakah seseorang itu mempunyai jiwa kepemimpinan atau tidak. Dengan karakteristik :
-membedakan seorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin
-percaya diri
-berwawasan luas dalam berbagai situasi
-mempunyai hasrat untuk memimpin
-jujur
-berintegrasi
kelemahan teori ini
-dalam situasi yang berbeda, maka pemimpin tersebut harus mengubah kepribadianya atau dalam artian ia harus dapat menyesuikan prilaku dan sikapnya.
-seorang yang percaya diri tidak selalu dapat dikatakan pemimpin
-seorang yang ambisius belum dapat dikatakan seorang pemimpin yang efektif
-teori ini hanya menjelaskan ciri-ciri saja
[
B. TEORI PRILAKU
teori ini berdasarkan bagaimana prilaku yang biasa dipakai seorang pemimpin selain itu teori ini juga berpendapat bahwa seorang pemimpin dapat melatih orang yang tepat. Terdapat beberapa penelitian terhadap hal ini ;
1. Universitas negeri ohio
terdapat dua elemen untuk membedakan pemimpin
0. struktu pertimbangan , pemimpin memiliki hubungan pekerjaan yang diarahkan dengan rasa percaya serta dapat menerima saran dan perasaan anggota serta dapat menghormati anggota,
0. segi kepemimpinan , pemimpin disini berkemungkinan mendefinisikan struktur peranya dan karyawannya dalam upaya mencapai tujuan. Misalnya dapat memberi tugas kepada karyawan untuk mencapai tujuan organisasi
2. Universitas manchigan
terdapat dua elemen untuk membedakan pemimpin
0. pemimpin orientasi karyawan , bertumpu pada aspek kebutuhan serta pembedaan individu, pemimpin seperti ini akan membangun hubungan baik dengan organisasi
0. pemimpin orientasi produksi, bertumpu pada aspek teknis, dalam artian jika seorang pimpinan telah memberikan tugas, maka tidak ada dispensasi jika tidak dapat melaksanakan tugas
3. Kisi-kisi manajerial
menjabarkan delapan puluh satu gaya kepemimpinan yang berbeda dalam karyawan dan produksi.
4. Skandinavia
Berpendapat bahwa dunia membutuhkan dimensi baru dalam kehidupan. Pemimpin yang berorientasi pada pengembangan ide-ide baru, inovasi dan implementasi perubahan.
kelemahan teori ini
-faktor pribadi seseorang pemimpin dapat memprngaruhi keberhasilan seorang pemimpin
-teori ini berhasil mengidentifikasikan hubungan yang konstan antara pola prilaku kepemimpinan dan kinerja kelompok, namun tidak mampu menjelaskan faktor-faktor situasi yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin.
C. TEORI SITUASINAL KONTINJENSI
terdapat beberapa model dari teori ini.
1. Model Fielder
Ide dasarnya adlah mencocokkan gaya kepemimpinan dengan situasi yang paling menguntungkan untuk kepentingannya.
a. Gaya kepemimpinan:
 seorang pemimpin yang berorientasi pada hubungan memerhatikan orang-orang, seperti dalam gaya pertimbangan .
 seorang pemimpin yang berorientasi pada tugas sangat termotivasi oleh penyelesaian tugas.
Penyesuaian antara gaya kepemimpinan dan bagaimana berinteraksi dengan bawahan, pada teori ini ada penyesuaian gaya kepemimpinan seorang pemimpin terhadapm bawahanya, dan situasi ini dipengaruhi oleh gaya tersebut, pada tingkat mana situasi memberikan kendali dan pengaruh kepda pemimpin tersebut.
Pada model ini terdapat dua tindakan yang dilakukan, yang pertama adalah mengidentifikasikan gaya kepemimpinan melalui kuesioner Least Preferd Co-Worker ( LPC) yaitu suatu instrumen untuk mengukur apakah seseorang berorientasi, tugas atau hubungan.
Jika seseorang berorientasi tugas, maka LPC-positif, yang berarti semakin berpikir trehadap rekan kerja atau berorientasi pada rekan kerja.
Namun jika berorientasi hubungan , maka LPC nya akan negatif yang berarti semakin berpikir positif terhadap rekan kerja.
Tindakan yang kedua adalah mendefinisikan sitiasi yang dinilai berdsarkan hubungan seorang pemimpin dengan anggota, tingkat keyakinan , kepercayaan dan hormat bawahan terhadap pemimpin mereka. Selain itu juga mendifinisikan situasi berdasarkan struktur tugas, yakni tingkat prosedure pengorganisasian pekerjaan (berstruktur/tidak berstruktur).
Setelah dihitung LPC dan didefinisikan situasi, akhirnya disesuaikan keduanya.
b. Situasi
 Kualitas hubungan pemimpin – anggota merujuk pada suasana kelompok dan sikap anggota terhadap pimpinanya dan penerimaan pimpinan. Apabila para bawahan mempercayai, menghormati, memiliki keyakinan terhadap pimpinan hubungan pemimpinm- anggota dianggap baik.
 Struktur tugas merujuk pada sejauh mana tugas-tugas yang dikerjakan oleh kelompok didefenisikan, melibatkan prosedur tertentu, dan memiliki tujuan yang jelas dan eksplisit.
 Kekuasaan Posisi yaitu sejauh mana pemimpin memiliki kekuasaan atas bawahannya. Kekuasaan posisi tinggi pada saat pemimpin memiliki kekuasaan untuk merencanakan dan mengatur pekerjaan bagi bawahan, mengevaluasinya, dan memberikan penghargaan atau hukuman untuk mereka.
2. Hershey dan Blanchart
Seorang pemimpin dapat menggunakan satu dari empat dari gaya kepemimpinan, berdasarkan pada kombinasi perilaku hubungan dan tugas:
 gaya memerintah (telling style) mencerminkan perhatiaan yang besar terhadap produksi dan perhatiaan kecil terhadap orang-orang
 gaya menjual (selling style) didasarkan pada perhatiaan besar pada orang-orang dan produksi.
 Gaya partisipasi (participating style) didasarkan pada kombinasi perhatiaan besar terhadap orang-orang dan perhatiaan kecil terhadap produksi.
Gaya mendelegasikan (delegating style) mencerminkan perhatian sedikit terhadap orang-orang dan produksi.
Berdasarkan teori ini maka dapat dikategorikan jenis pengikut dan cara mengatasinya.
 Tingkat kesiapan rendah,. Karyawan tidak mampu dan tidak ingin melakukan tugas, maka seorang pemimpin perlu memberikan alasan khusus . Gaya memerintah cocok dipakai. Ketika seorang atau lebih bawahan menampilkan tingkat kesiapan rendah, pemimpin harus tegas dalam memberi tahu apa yang sebenarnya harus dilakukan oleh bawahan.
 Tingkat kesiapan sedang, Karayawan tidak mampu namun ingin melaksanakan tugas, maka seorang pemimpin perlu memaparkan orientasi tugas-tugas yang tinggi. Gaya menjual sangat cocok dipakai. Gaya menjual tidak hanya melibatkan pemberian perintah, tetapi juga pencarian masukkan dari orang lain dan pengklarifikasian tugas-tugas daripada sekadar pemberian intruksi bahwa tugas-tugas harus dikerjakan.
 Tingkat kesiapan tinggi, Karyawan yang mampu namun tidak ingin, maka seorang pemimpin perlu mendukung dan memotivasi karyawan,. Gaya yang cocok dipakai adalah partisipasi. Gaya partisipasi memungkinkan pemimpin untuk membimbing perkembangan para bawahan dan bertindak sebai pemberi nasihat dan bantuan.
 Tingkat kesiapan sangat tinggi, Karyawan yang mampu dan ingin, maka pemimpin tidak perlu brbuat banyak. Gaya mendelegasikan bisa digunakan dengan sangat efektif. Karena baawahan mempunyai tingkat kesiapan yang sangat tinggi, pemimpin bisa mendelegasikan tanggung jawab untuk membuat keputusan-keputusan serta implementasinya pada bawahan untuk menyelesaikan tugas.pemimpin memberikan tujuan umum dan kekuasaan yang cukup untuk mengerjakan tugas yang dirasa sesuai oleh bawahan.
Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa
gaya kepemimpinan (k)
pimpinan (p),
bawahan (b)
situasi tertentu (s)
dan gaya kepemimpinan dapat .yang dapat dinotasikan sebagai :
k = f (p, b, s).
Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan.
Adapun situasi menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.
3. Leader Member Exchange (LMX) Theory.
Pengganti (substitute) variabel situasional yang membuat gaya kepemimpinan menjadi tidak ada gunanya atau berlebihan. Sedangkan penetral (neutralizer ) variabel situasional yang meniadakan gaya kepemimpinan dan mencegah pemimpin menampilkan prilaku-prilaku tertentu
Para pemimpin menciptakan kelompok dalam dan kelompok luar. Pada kelompok dalam terdapat karyawan yang memiliki kinerja, memiliki tinhkat pengunduran diri yang rendah dan tingkat kepuasan yang tinggi.
variabel Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas Kepemimpinan yang berorientas pada orang-orang
Variabel-variabel organisasional Kelompok-kelompok
Formalisasi
Kekakuan
Kekuasaan posisi yang rendah
Pemisahan fisik
Mengantikan
Mengantikan
Menetralisir
Menetralisir
Menetralisir
Mengantikan
Tidak ada pengaruh
Tidak ada pengaruh
Menetralisir
Menetralisir
Karakteristik-karakteristik tugas Tugas yang sangat terstruktur
Umpan balik otomatis
Kepuasan intrinsik Menggantikan
Menggantikan
Tidak ada pengaruh
Tidak ada pengaruh
Tidak ada pengaruh
menggantikan
Karakteristik-karakteristik kelompok Profesionalisme
Pelatihan/
pengalaman Mengantikan
mengantikan Mengantikan
Tidak ada pengaruh
.Nilai-nilai situasional yang ditampilkan dalam bagan diatas adalah bahwa mereka membantu para pemimpin menghindari penggunaan kepemimpinanya secara berlebihan.Para pemimpin harus menggunakan gaya yang bisa melengkapi situasi organisasional.
4. Path-Goal Theory
Teori ini menyatakan bahwa tugas seorang pemimpin itu adalah memotivasi dan mendampingi karyawan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi, pemimpin juga harus mengarahkan karyawan atau bawahanya. Pemimpin meningkatkan motivasi mereka dengan mengklarifikasikan alur para bawahan untuk mendapatkan penghargaan yang ada atau meningkatkan penghargaan yang dianggap penting dan diinginkan oleh para baawahan . Dijelaskan dalam bagan berikut ini;
Klarifikasi alur Menambah penghargaan-penghargaan
Dua kontijensi situasional yang penting dalam teori alur tujan adalah;
a. Karakteristik-karakteristik pribadi para bawahan meliputi faktor-faktor seperti kemampuan , kebutuhan, dan motivasi. Apabila para bawahan bersifat egosentris pemimpin harus menggunakan penghargaan-penghargaan untuk memotivasi mereka.
b. Kontijensi lingkungan kerja melibatkan tingkat struktur tugas , sifat sistem otoritas formal dan kelompok kerja itu sendiri.
4.3 Gaya Kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini.
A. Teori Genetis (Keturunan).
Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
B.Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
C.Teori Ekologis
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.
Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut,. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.
4.4 Tipologi Kepemimpinan
Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut ;
A.Tipe Otokratis.
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut:
 Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi;
 Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
 Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat;
 Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya;
 Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
B. Tipe Militeristis.
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :
 Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan;
 Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya;
 Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan;
 Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; Sukar menerima kritikan dari bawahannya;
 Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
C. Tipe Paternalistis.
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut :
 Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;
 Bersikap terlalu melindungi (overly protective);
 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan;
 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif;
 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya;
 Sering bersikap maha tahu.
D .Tipe Karismatik dan Visioner
Karismatik dideskripsikan sebagai api yang membakar energi dan komitmen para pengikut, mengeluarkan hasil-hasil diatas dan diluar kewajiban. Pemimpin kharismatik memiliki kemampuan menginspirasi dan memotivasi orang-orang untuk melakukan lenih dari yang biasa mereka l;akukan tanpa terpengaruh oleh rintangan-rintangan dan pengorbanan pribadi.
Para pengikut lebih mementingkan kepentingan departemen atau organisasi diatas kepentingan pribadi . Pengaruh para pemimpin kharismatik biasanya berasal dari:
o Menyatakan visi yang tinggi akan masa depan khayalan yang diidentifikasikan oleh para karyawan,
o Membentuk sistem nilai korporasi yang disetujui semua orang
o Memercayai para bawahan dan mendapatkan kepercayaan penuh dari mereka sebagai balasan.
Pemimpin-pemimpin kharismatik seringkali terampil dalam seni kepemimpinan Visioner. Pemimpin-pemimpin visioner bicara dari hati ke hati pada bawahannya. Visi adalah masa depan yang atraktif dan ideal yang dapat dipercaya tetapi belum tercapai.
Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
Ketika pemimpin-pemmpin kharismatik merespons masalh organisasional dalam bentuk kebutuhan seluruh kelompok daripada kebutuhan emosional mereka sendiri, mereka bisa memiliki pengaruh yang positif dan kuat terhadap kinerja organisasional.
E. Tipe Transformasional
Pemimpin-pemimpin transformasional mirip dengan pemimpin kharismatik, tetapi dibedakan oleh kemampuan khusus mereka untuk mendatangkan inovasi dan perubahan dengan menghargai kebutuhan dan perhatian para pengikut, membantu mereka melihat masalah-masalh lama dalam cara-cara baru dan mendorong mereka untuk mempertanyakan status quo.
Pemimpin-pemimpin transformasional menciptakan perubahanyang significan dalam diri pengikut dan dalam tubuh organisasi .mereka memiliki kemampuan untuk memimpin perubahan dalm misi, strategi, struktur, dan kultur perusahaan juga dalam memajukan inovasi produk dan teknologi. Mereka fokus pada kualitas yang tidak nyata seperti visi, nilai-nilai yang sama, dan ide-ide untuk membangun hubungan-hubungan, memberi arti yang lebih besar pada bermacam-macam aktivitas dan mencari landasan yang sama untuk melibatkan para pengikut dalam proses perubahan.
E .Tipe Demokratis.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia;
2. Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya;
3. Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya;
4. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan;
5. Ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain;
6. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya;
7. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
4.5 Tugas dan Peranan Pemimpin
A. Tugas Pemimpin
James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
 Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi.
 Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas).
pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
 Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
 Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
 Manajer adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
 Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
 Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
B. Peran Pemimpin
 Peran hubungan antar perorangan,
Dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
 Fungsi Peran informal
Sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
Peran Pembuat keputusan,
Berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator
4.6 Karakteristik seorang pemimpin
Didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney)
1. Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik.
4.7 Perilaku Pemimpin
A. Kepemimpinan Suportif
Melibatkan perilaku pemimpin yg menunjukkan perhatian thd kasejahteraan dan kebutuhan pribadi para bawahan.Perilaku kepemimpinan tsb terbuka,bersahabat,dan ramah.
B. Kepemimpinan direktif
Muncul ketika pemimpin memberi tahu para baswahan apa yg harus mereka kerjakan.perilaku pemimpin meliputi perncanaan,pembuatan jadwal,panentuan tujuan2 kerja&standar2 perilaku serta penekanan ketaatan pada peraturan-peraturan.
C. Kepemimpinan partisipatif
Berarti pemimpin berkonsultasi dg para bawahannya tentang keputusan2.Perilaku pemimpin terdiri atas menanyakan opinidan saran,mendorong partisipasi dlm pembuatan keputusan ,dan menemui para bawahan di lingkungan kerja.
D. Kepemimpinan yg berorientasi pd pencapaian
Muncul ketika pemimpin menentukan tujuan yg jelas dan menantang bagi para bawahan.Perilaku pemimpin menekankan kinerja kualitas tinggi dan peningkatan kinerja saat ini.
4.8 Pendekatan Perilaku pemimpin
Perilaku utama seorang pemimpin itu terbagi dua yaitu:
A. Pertimbangan
Yaitu tipe perilaku yg mendeskripsikan sejauh mana pemimpin sensitif thd para bawahan,menghormati ide-ide dan perasaan mereka,serta membangun kepercayaan mutual.
C. Struktur awal
Yaitu tipe perilaku pemimpin yg mendeskripsikan sejauh mana pemimpin berorientasi pd tugas&mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja bawahan untuk mencapai tujuan.
4.9 Memimpin Lingkungan Kerja Baru
Konsep kepemimpinan juga berubah dikarenakan perubahan-perubahn dramastis dalm lingkungan organisasi-organisasi pada saat ini. Globalisasi, E-commerce, organisasi-organisasi virtual dan telekomuting, perubahan perubahan minat dan harapan karyawan, serta perbedaan yang meningkat telah memperbesar perubahn pola fikir dan praktik kepemimpinan .
Empat area minat khusus kepemimpinan di lingkuangan kerjayang baru merupakn konsep baru yang disebut dengan kepemimpinan tingkat lima yang dikemukakan oleh Jim Collins ;
A. Cara memimpin wanita
Fokus untuk meminimalkan ambisi pribadi dan mengembangkan ambisi orang lain juga ditemukan sebagai keadaan yang biasa di antara pemimpin wanita. Ketika dinilai oleh kawan-kawan sebaya, bawahan dan atasa para manajer wanita secara signifikan mendapat nilai yang lebih tinggi daripada pria dalam kemampuan sperti memotivasi orang lain, mengembangkan komunikasi dan mendengarkan. Pendekatan ini disebut kepemimpinan interaktif.
B. Kepemimpinan virtual
Lingungan kerja virtual, dimana para karyawan bekerja jauh dari satu sama lain dan dari para pemimpin, menjadi keadaan yang biasa dalam organisasi-oraganisasi sekarang ini, yang membawakan tantangan-tantangan yang baru.lingkungan kerja saat ini, banyak orang mungkin bekerja dari rumah atu lokasi-lokasi terpencil lainya, yang terikat dengan kantor secara elektronik. Dalam lingkungan virtual, para pemimpin menghadapi ketengangan yang konstan ketika berusaha untuk menyeimbangkan struktur dan akuntabilitaas dengan kredibilitas.mereka harus memberikan struktur dan arahan yang memadai sehingga orang-orang memiliki pemahaman yang jelas mengenai apa yang dihendaki dari mereka . Orang-orang yang unggul sebagai pemimpin-pemimpin virtual cenderung berpikiran terbuka dan fleksibel, menampilkan sifat-sifat positif yang lebih berfokus pada solusi-solusi daripada masalah-masalah dan memiliki keterampilan yang hebat dalam melakukan komunikasi, melatih dan membangun hubungan
C. Kepemimpinan pelayan
Lingkungan kerja yang baru , pemimpin-pemimpin terbaik beroperasi dari asumsi bahwa pekerjaan ada untuk perkembangan pekerja sama seperti pekerja ada untuk pekerjaan. Kepemimpinan pelayan pertama kali di defenisikan oleh Robert Greenleaf, merupakan kepemimpinan yang terbaik karena para pemimpin menomor duakan minatnya untuk melayani orang lain dan organisasi. Pemimpin-pemimpin pelayanan (Servand leaders) beroperasi pada dua tingkat : demi pemenuhan tujuan dan kebutuhan para bawahan dan realisasi tujuan atau misi yang lebih besar organisasi mereka. Pemimpin-pemimpin pelayana memberikan segalanya, kekuasaan, ide-ide, informasi, penghargaan, dan ujian untuk pencapaian-pencapain. Mereka benar-benar menghargai orang lain, mendorong adanya partisipasi, berbagi kekuasaan,menghormati orang lain, komitmen penuh, serta dorongan alami orang-oarng untuk belajar.
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan.Bawahan pemimpin ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut daripadanya kemampuan berfikir secara konsopsional strategis dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia akan
semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.
5.2 Saran
Kepemimpinan yang baik tidak harus terpaku pada apa yang sudah ditentukan, kunci keberhasilan seorang pemimpin hanyalah menjaga kepercayaan para pengikut dan mengunakan kekuasaan itu dengan sebenar-benarnya. Jadi hendaklah kita yang merupakan calon-calon pemimpin ini menggunakan hati, pikiran dan segala usaha untuk memajukan apa yang kita pimpin dan bukan untuk kepentingan pribadi semata.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Daftar Pustaka
L. Daft Richard, 2006. Management , edisi keenam. Jakarta: Salemba empat
Siagian, Sondang P, 1979. Peranan staf dalam management. Jakarta: Gunung
Agung.
www.kabarindonesia.com
www.wikipedia.org/kepemimpinan
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 12

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

kepemimpinan

Makalah Arti Penting Kepemimpinan Dalam Berorganisasi

29SEP
BAB    I
Pendahuluan
Kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik dibicarakan. Daya tarik ini didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting keberadaan seorang pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa kepemimpinan merupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi (Suarjaya dan Akib, Usahawan bulan Nopember 2003: 42). Lebih dari itu, kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan dan kedewasaan serta kematian organisasi.
Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting effektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menseleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat.
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Jika masunia berjiwa pemimpin, maka akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Organisasi dan Kepemimpinan

Organisasi adalah sebagai alat dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu.
Teori Kepemimpinan
  1. Teori Genetie -> bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin
  2. Teori Sosial -> Jika teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born and not made”, make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : “Leaders are made and not born”. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
  3. Teori Ekologis -> Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Syarat-syarat pemimpin yang baik
Pengembangan kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki ciri-ciri kepemimpinan.
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
a) Pendidikan umum yang luas.
b) Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga.
c) Kemampuan berkembang secara mental
d) Ingin tahu
e) Kemampuan analistis
f) Memiliki daya ingat yang kuat
g) Mempunyai kapasitas integratif
h) Keterampilan berkomunikasi
i) Keterampilan mendidik
j) Personalitas dan objektivitas
k) Pragmatismo
l) Mempunyai naluri untuk prioritas
m) Sederhana
n) Berani
o) Tegas dan sebagainya.
Fungsi Pemimpin Dalam Pengambilan Keputusan
Salah satu fungsi pemimpin dalam manajemen adalah mengambil keputusan secara efektif. Keberadaan sumber-sumber, biaya, bahan, keahlian, tenaga, pengetahuan, waktu dan ruang sangat terbatas, oleh karena itu timbulah pengambilan keputusan.
Fungsi kepemimpinan pada dasarnya menyangkut dua hal pokok, yakni:
(1) fungsi yang berkaitan dengan tugas yang disebut fungsi pemecahan masalah
(2) fungsi pemeliharaan kelompok yang disebut fungsi sosial
Langkah pengambilan keputusan bervariasi, meskipun demikian secara umum meliputi :
  1. Merumuskan masalah
  2. Merumuskan hasil yang diharapkan
  3. Mengembangkan pilihan penyelesaian
  4. Mengetahui apa yang harus dilaksnakan setelah keputusan diambil.
CONTOH KASUS KONFLIK DALAM KEPEMIMPINAN BERIKUT KOMENTAR-NYA
Belum lama Partai Demokrat (PD) kocar – kacir karena pengakuan salah seorang oknumnya yang bernama Nazarudin yang menyebutkan bahwa banyak oknum lain di dalam PD terlibat kasus korupsi, sebelumnya Nazarudin telah menjadi tersangka dugaan kasus suap SESMENPORA.
Lalu Apa hubungannya dengan konflik dalam kepemimpinan?
Ya, berdasarkan sekilas kutipan pada awal paragraf, kami selaku kelompok 6 ingin memberikan komentar sedikit tentang kasus heboh yang sampai kepada telinga orang – orang pedalaman sekalipun dan menjadi obrolan hangat orang – orang jika sedang berkumpul, baik itu anak muda maupun orang tua.
  • Pertama, menurut kami, kasus Nazarudin kali ini adalah kasus yang nguntang – ngantung, artinya sama sekali tidak jelas dan entah kemana jalannya kasus ini, karena sampai kami menulis makalah ini, belum ada penyelesaian yang kongkret, dan berhenti sementara karena media sedang sibuk mengekspos kasus pemboman gereja di Solo dan kasus pemerkosaan di angkot beberapa waktu lalu.
  • Kedua, kebobrokan sebuah hukum di Indonesia ini, apakah sesulit itu menegakkan hukum, sampai mengurus 1 koruptor saja perlu berbulan – bulan? Coba jika dibandingkan dengan maling kendaraan atau maling – maling  kecil lainnya, kami yakin hanya butuh beberapa hari bahkan beberapa jam saja untuk membuat si maling sudah memelas di penjara. Apakah ini sebuah sistem hukum yang pantas untuk dibangga – banggakan?
  • Ketiga, ketegasan seorang pemimpin dalam mengatur anggotanya. Dan inilah pokok pembahasan kelompok kami, karena menurut kami seorang pemimpin sangat berpengaruh atas tindakan dan kelakuan para anggotanya, baik itu dalam organisasi kecil maupun organisasi besar sekalipun. Jika pemimpin tidak tegas dan tidak menerapkan hukum yang benar, maka wajar saja jika anggota atau rakyatnya pun banyak yang menyimpang, karena akibat dari ulah dari si pemimpin itu sendiri. Oleh karena itu, pemimpin yang benar sangatlah dibutuhkan dalam sebuah organisasi, baik itu dalam ruang lingkup kecil atau besar sekalipun.

BAB    III
Kesimpulan dan Penutup
Kesimpulan
Seorang pemimpin atau manajer mempunyai keahlian dan pengetahuan yang diperoleh melalui pengembangan diri. Pengembangan diri menghasilkan keterampilan-keterampilan seperti keterampilan teknis, keterampilan manajemen sumber daya manusia, dan keterampilan konseptual
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu
Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut dari padanya kemampuan berfikir secara konseepsional strategis dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia akan semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
PENUTUP
Demikian sekilas makalah ini kami buat beserta contoh kasus dan komentar yang dapat kami berikan sesuai kemampuan kami, apabila ada kesalahan itulah kami, dan jika benar itu datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat, khususnya untuk para pembaca

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

Disarikan Kembali oleh Havid Ardi

I used to think that running an organization was equivalent to conducting a symphony orchestra. But I don’t think that’s quite it; it’s more like jazz. There is more improvisation. — Warren Bennis
A.    Pendahuluan
Melalui organisasi, kita berlatih dan dituntut untuk mampu mengolah diri dengan benar, baik secara naluriah maupun fitrah, sehingga lahir menjadi pribadi yang memiliki integritas. Sehingga dengan berorganisasi, kita akan terasah dan terlatih untuk hidup berjamaah atau bekerja sama dengan orang lain. Nah, dalam kebersamaan dalam organisasi itulah, akan terbentuk secara alami manusia yang sempurna dalam arti psikologis. Yakni, manusia yang mampu dan tahu kapan saatnya menempatkan posisi dirinya sebagai individu dan kapan dia harus lebih mementingkan kepentingan organisasi demi kepentingan bersama.
Namun, berhasil atau tidaknya sebuah organisasi juga sangat ditentukan oleh berbagai komponen dalam sebuah organisasi. Salah satu komponen penting dan menentukan keberhasilan tersebut adalah pemimpin. Para pemimpin yang baik itu dibentuk tidak dilahirkan. Jadi, jika ingin dan mau, kita dapat menjadi seorang pemimpin yang efektif.
Para pemimpin yang baik berkembang melalui sebuah proses yang tiada henti belajar-sendiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman (Jago, 1982). Makalah ini dimaksudkan untuk membantu Anda melalui proses tersebut. Agar mampu menginspirasi anggota Anda ke tingkat yang lebih tinggi dari kerja sama tim, ada beberapa hal yang harus Anda ketahui,wujudkan dan, lakukan. Hal ini tidak datang secara alami, tetapi diperoleh melalui kerja terus-menerus dan belajar. Para pemimpin yang baik terus bekerja dan belajar untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan mereka, mereka TIDAK beristirahat di kemenangan mereka.

B.     Pengertian Organisasi
Namun sebelum kemana-mana, sebenarnya apakah pengertian organisasi? Secara umum dapat dikatakan bahwa organisasi merupakan wadah untuk melakukan usaha bersama untuk mencapai satu tujuan. Sementara definisi menurut para ahli, misalnya, Prof Dr. Sondang P. Siagian, mengatakan organisasi sebagai setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/sekelompok orang yang disebut dengan bawahan. Dari definisi ini jelas dalam organisasi terdapat orang-orang yang memiliki hubungan dipimpin dan memimpin dalam mencapai suatu tujuan yang sama.
Sementara, definisi yang lebih sederhana dan tegas diberikan oleh Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro bahwa organisasi merupakan struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. Definisi ini mempertegas adanya pembagian kerja dalam kelompok yang tujuan juga mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Nah, setelah memahami definisi organisasi di atas, dapat kita tarik simpulan bahwa organisasi merupakan suatu kegiatan yang melibatkan sekelompok orang yang berusaha secara bersama-sama dengan suatu struktur kepemimpinan dan pembagian tugas yang jelas dalam upaya mencapai tujuan bersama. Lantas, apa manfaatnya berorganisasi? Apalagi bagi mahasiswa yang sedang sibuk-sibuknya kuliah dan menyelesaikan studinya.
Untuk mencapai nikmatnya manfaat berorganisasi itu memang butuh proses yang panjang dan lama. Tidak bisa kita hanya berorganisasi dalam beberapa bulan lalu lahir sebagai manusia atau mahasiswa yang memiliki kematangan pribadi seperti yang diuraikan di atas. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana cara-cara berorganisasi yang baik.
Organisasi yang baik memiliki 5 ciri utama. Yaitu, antara lain: Pertama, organisasi harus memiliki anggota yang jelas identitas dan kuantitasnya. Setiap organisasi modern tentu menuntut para anggotanya memiliki KTA (kartu tanda anggota). Maka, tidak dibenarkan istilah ”Romli” atau “rombongan liar” yang merupakan kumpulan dari ”Talap” alias “anggota gelap” dari sebuah ”OTB” singkatan dari “organisasi tanpa bentuk”.
Kedua, organisasi harus memiliki identitas yang jelas tentang keberadaannya dalam masyarakat. Artinya, jelas alamat kantornya, aktivitasnya dalam menjalankan roda organisasi. Ada nama, lambang, dan tujuan organisasi yang termuat dalam AD dan ART dan struktur organisasinya. Ketiga, organisasi harus memiliki pemimpin serta susunan manajemen yang juga jelas pembagian tugasnya. Masing-masing bagian, divisi, maupun seksi juga aktif memainkan perannya. Jadi, sangat ganjil dan dipastikan ”sakit parah” jika organisasi itu yang tampak paling aktif adalah ketuanya sehingga tampak seperti pertunjukan sirkus ‘one man show dalam manajemen organisasi itu.
Keempat, dalam setiap aktivitas organisasi harus mengacu pada manajemen yang sehat. Misalnya, ada tiga tahapan dalam menjalankan roda organisasi, yaitu planning (perencanaan), organization (pengorganisasian), action (pelaksanaan), controling (kontrol), dan evaluation (penilaian). Kelima tahapan itu selalu dimusyawarahkan dan melibatkan sebanyak mungkin anggotanya, terutama saat melewati tahap action. Kemudian, dalam manajemen yang juga harus mendapat perhatian serius adalah administrasi. Surat bernomor, kop surat, dan ciri-ciri administrasi lainnya yang lazim ada di sebuah organisasi.
Kelima, organisasi harus mendapat tempat di hati masyarakat sekitarnya. Artinya, organisasi itu dirasakan benar manfaatnya bagi masyarakat. Maka, kegiatan organisasi dituntut untuk mengakar kepada kebutuhan anggota khususnya, bahkan untuk masyarakat di sekelilingnya.

 C.    Kepemimpinan dalam Organisasi
Setelah mengetahui pengertian dan manfaat umum organisasi, selajutnya kita masuk ke bagian inti dalam makalah ini, yaitu membahas salah satu figur penting organisasi, yaitu pemimpin dan kempemimpinan dalam organisasi. Sebenarnya, pemimpin dan kepemimpinan  merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional.
Seperti organisasi, juga terdapat banyak pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara lain :
o   Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok
o   Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal ini, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan posisinya yang khusus dalam kelompok, pemimpin berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
o   Leadership is a process by which a person influences others to accomplish an objective and directs the organization in a way that makes it more cohesive and coherent. 
o   Northouse’s (2007, p3) definition — Leadership is a process whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal.
o   Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan mengarahkan orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
o   Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
Dari definisi di atas, jelas bahwa pemimpin merupakan salah satu figur penting yang menentukan kesuksesan sebuah organisasi. Namun, berikutnya muncul dua pertanyaan yang menjadi perdebatan mengenai pemimpin. Pertanyaan tersebut adalah: (1) apakah seorang pemimpin dilahirkan atau ditempa? (2) Apakah efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dialihkan dari satu organisasi ke organisasi yang lain oleh seorang pemimpin yang sama?
Khalayak umum sering meyakini bahwa para pemimpin (leader) dilahirkan bukan ditempa. Sementara kepemimpinan (leadership) adalah sesuatu yang dipelajari, keterampilan dan pengetahuan yang diproses oleh pemimpin dapat dipengaruhi oleh atributnya atau miliknya atau ciri, seperti kepercayaan, nilai, etika karakter, dan. Pengetahuan dan keterampilan berkontribusi langsung kepada proses kepemimpinan, sedangkan atribut lain memberikan karakteristik tertentu pada pemimpin yang membuat dia unik.
Untuk menjawab pertanyaan pertama tersebut kita lihat beberapa pendapat terkait. Pertama, pihak yang berpendapat bahwa “pemimpin itu dilahirkan” melihat bahwa seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinannya. Sementara, kubu yang menyatakan bahwa “pemimpin dibentuk dan ditempa” berpendapat bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Caranya adalah dengan memberikan kesempatan luas kepada yang bersangkutan untuk menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai kegiatan pendidikan dan latihan kepemimpinan.
Terkait dengan perdebatan tersebut, Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :

  • seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan,
  • bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinannya,
  • ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.
Berikutnya, untuk menjawab pertanyaan kedua dapat dirumuskan dua asumsi yang sudah barang tentu harus dikaji lebih jauh lagi apakah hal tersebut benar. Asumsi tersebut, yaitu, (1) keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan sendirinya dapat dialihkan kepada kepemimpinan oleh orang yang sama di organisasi lain, (2) keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya memimpin organisasi lain.
Selanjutnya, setelah mengetahui arti penting pemimpin dan kepemimpinan, kita akan melihat tipe-tipe kepemimpinan. Kita mengenal beberapa pemimpin besar dunia yang memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Secara umum, tipe kepemimpinan itu dapat kita bagi menjadi:
1.      Tipe Otokratiksemua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
ü  kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka
ü  pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
ü  Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Dari sikapnya, gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
ü  menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
ü  dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
ü  bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
ü  menggunakan pendekatan punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
2.      Tipe PaternalistikTipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokoh-tokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
3.      Tipe KharismatikTidak banyak informasi dari literatur yang ada mengenai kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
4.      Tipe Laissez FairePemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
Dari beberapa literatur digambarkan  gaya kepemimpinan yang memiliki tipe Laissez Faire antara lain:
ü  pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif
ü  pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung.
ü  Status quo organisasional tidak terganggu
ü  Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.
ü  Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang minimum
5.      Tipe DemokratikPemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Artinya, tipe pemimpin demokratik tahu peran dan fungsi dari masing-masing bagian atau komponen dalam organisasinya. Karakternya antara lain:
ü  Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
ü  Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
ü  Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia
ü  Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.
Lantas dari sekian banyak tipe dan gaya kepemimpinan di atas, tipe manakah yang paling ideal diterapkan dalam sebuah organisasi (seperti organisasi mahasiswa)? Secara umum pemimpin dan kepemimpinan yang ideal memiliki beberapa indikator, yaitu pemimpin yang memiliki:
o   Pengetahuan Umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara generalis.
o   Kemampuan Bertumbuh dan Berkembang
o   Sikap yang Inkuisitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
o   Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, namun kemampuan untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
o   Daya Ingat yang Kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
o   Kapasitas Integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai organisasi.
o   Keterampilan Berkomunikasi secara Efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
o   Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
o   Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.
o   Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara objektif.
o   Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistik tanpa melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.
o   Kemampuan Menentukan Prioritas, biasanya yang menjadi titik tolak strategik organisasional adalah “SWOT”.
o   Kemampuan Membedakan hal yang Urgen dan yang Penting
o   Naluri yang Tepat, kemampuannya untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
o   Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, keterikan satu sama lain.
o   Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir dan bertindak sehingga hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi tinggi dan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
o   Keteladanan, seseorang yang dinilai pantas dijadikan sebagai panutan dan teladan dalam sikap, tindak-tanduk dan perilaku.
o   Menjadi Pendengar yang Baik
o   Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat situasional, kondisonal, temporal dan spatial.
o   Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.
o   Ketegasan
o   Keberanian
o   Orientasi Masa Depan
o   Sikap yang Antisipatif dan Proaktif
 D.    Pemimpin Visioner
Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003).
Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992),  yaitu:
o   memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan komponen lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
o   memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang.
o   memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision). 
o   memiliki atau mengembangkan peluang untuk mengantisipasi masa depan.
Sementara, Barbara Brown mengajukan 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin visioner, yaitu:
o   Visualizing.  Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
o   Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.
o   Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.
o   Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk menanggulangi rintangan itu
o   Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah. Pemimpin visioner akan berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”.
o   Taking Risks. Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran.
o   Process alignment. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.
o   Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu, departemen dan  golongan tertentu.
o   Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baik di dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif, sehingga mampu mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu mengejar peluang untuk bekerjasama  dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi.
o   Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan atau  tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.
Selanjutnya, Burt Nanus (1992), mengungkapkan ada empat peran yang harus dimainkan oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan  kepemimpinannya, yaitu:
o   Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana  seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan, dan melibatkan orang-orang dari “get-go.” Hal ini bagi para ahli dalam studi dan praktek kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa depan.
o   Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal adalah pusat. Ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan politis terjadi secara terus-menerus, beberapa berlangsung secara dramatis dan yang lainnya berlangsung dengan perlahan. Tentu saja, kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah sebagaimana halnya perubahan keinginan para stakeholders. Para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan ini dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan yang paling penting masa depan. Akhirnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung pengambilan adalah juga penting lingkungan yang berubah.
o   Juru bicara (spokesperson). Memperoleh “pesan” ke luar, dan juga berbicara, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi. Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi-secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus “bermanfaat, menarik, dan menumbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi.”
o   Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh “pemain” untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah “pencapaian kemenangan,” atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin, sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih,  lebih tepat untuk ditunjuk  sebagai “player-coach.”
 E.     Integritas dan Sikap-sikap Negatif dalam Organisasi
Sebagian besar kita ingin jadi pemimpin. Namun, dalam memimpin, satu hal penting ditekankan adalah kepemimpinan tidak hanya menyangkut organisasi, namun dimulai dari lingkup yang terkecil yaitu diri kita sendiri. Kepemimpinan dalam diri pribadi dapat dilatih dengan memiliki integritas yang tinggi.
Integritas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yg memancarkan kewibawaan; kejujuran.” Kesatuan dalam hal ini berarti adanya konsistensi antara apa yang kita katakan dengan apa yang kita perbuat. Sekilas, integritas terlihat sepele, namun menurut John C. Maxwell, integritas adalah faktor kepemimpinan yang paling penting. Hal ini terbukti dari bobroknya bangsa Indonesia pada masa orde baru karena kurangnya integritas yang berujung pada KKN meskipun pemimpinnya cakap dalam berpolitik dan bernegara.
Integritas bukanlah apa yang kita lakukan melainkan lebih banyak siapa diri kita. Siapa diri kita ini bisa terus menerus diperbaiki,  baik dengan menetapkan nilai-nilai dan norma-norma  yang sesuai bagi diri kita sendiri. Dan pada akhirnya siapa diri kita akan menentukan apa yang kita lakukan.
Ketika kita menganut suatu nilai misalnya kejujuran maka kita akan memilih untuk tetap jujur pada waktu ujian ketimbang mencoba untuk  bertanya kepada teman. Perbuatan jujur ini akan membawa keuntungan bagi diri kita sendiri keuntungan pertama adalah kita merasa puas dengan hasil ujian yang kita kerjakan, dan keuntungan kedua adalah teman-teman yang lain akan percaya kepada kita. Kepercayaan merupakan harga yang sangat mahal dan hal inilah yang membuat seseorang menjadi seorang pemimpin.
Hal yang sulit dalam integritas kepemimpinan adalah ketika terjadi perbedaan nilai, norma ataupun kepentingan. Masalah ini sering terjadi pada seorang mahasiswa yang menganut nilai kejujuran dan setia kawan. Tentunya kedua nilai ini akan bertentangan ketika melihat ada teman yang tidak bisa mengerjakan ujian dan mahasiswa tersebut merasa tergerak untuk membantu dengan alasan kesetiaan, namun takut membantu dengan alasan kejujuran. Pada kasus ini tentunya kita harus bisa memilah kapan menggunakan suatu nilai/norma dan kapan tidak menggunakannya. Kesetian kawan tentunya tidak dilihat pada saat ujian saja, melainkan dalam bersosialisasi sehari-hari dan pada saat ujian merupakan momentum paling tepat untuk menguji kejujuran kita
Lebih lanjut, dalam suatu organisasi terdapat beberapa sikap yang perlu dihindari. Sikap ini merupakan bagian perwujudan integritas pribadi yang tidak baik yang berkembang dalam suatu organisasi. Sikap-sikap yang perlu dihindari tersebut antara lain:
o   Salah paham dalam menerima dan menafisrkan pesan.
o   Prosedur hubungan dalam organisasi tidak diikuti dengan benar. Misalnya, arahan dari pihak atasan langsung ke level paling bawah, tanpa mengambil peranan pihak tengah (middle level) dalam organisasi.
o   Kurangnya komitmen penuh dalam kerja organisasi. Aturan organisasi tidak dipahami dan dihayati pleh anggota organisasi.
o   Adanya kepentingan pribadi. Organisasi dipergunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
o   Permasalahan yang tidak kunjung selesai, sehingga tidak muncul kondisi organisasi yang nyaman.
o   Tidak adanya pembagian kerja dan juga pembagian keuntungan yang adil..
Keretakan dalam organisasi dapat menumbuhkan citra negatif, dengan permasalah yang saling terkait, antara lain :
o   Keretakan hubungan antara anggota organisasi.
o   Perselisihan yang terus berlarut-larut dan suasana organisasi yang muram.
o   Wujud sikap mementingkan diri sendiri.
o   Produktivitas organisasi merosot.
o   Ketidakstabilan organisasi akibat dari retaknya hubungan.
o   Penyalahgunaan kekuasaan, mementingkan diri sendiri
F.     EPILOG
Akhir kata penulis berharap kita semua dapat menjadi pemimpin yang memiliki integritas yang tinggi. Jika kita bisa menjadi pemimpin dalam lingkup yang kecil misalnya diri kita, maka kita akan bisa menjadi pemimpin dalam lingkup yang lebih besar seperti suatu organisasi kemahasiswaan. Jika seseorang tidak bisa memimpin hal kecil, maka orang tersebut tidak akan bisa memimpian hal yang besar.

Daftar Pustaka
Bass, Bernard (1990). “From transactional to transformational leadership: learning to share the vision.” Organizational Dynamics, 18, (3), Winter, 1990, 19-31.
Clark, Don. (2011). “Concept of Leadership” diunduh darihttp://www.nwlink.com/~donclark/leader/leadcon.html#environment.
Ivancevich, J., Konopaske, R., Matteson, M. (2007). Organizational Behavior and Management. New York: McGraw-Hill Irwin.
Jago, A. G. (1982). “Leadership: Perspectives in theory and research.” Management Science, 28(3), 315-336.
Kouzes, James M. & Posner, Barry Z. (1987). The Leadership Challenge. San Francisco: Jossey-Bass.
Northouse, G. (2007). Leadership theory and practice. (3rd ed.) Thousand Oak, London, New Delhe, Sage Publications, Inc.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS